Rabu, 04 Agustus 2010

Rich dad, poor dad

So, habis kayak gitu ya, aku inget bukunya 7 Habits yang super keren itu. Kemaren aku bacanya nggak tamat sieh.. nyesel deh. Dan ada ke inginan besar yang tau tau muncul buat dekep tuh buku lagi sebagai pelita hidup buat nemuin, jati diri. Yup, habis sholat aku langsung ngambil MP4 dulu. Setel lagu. Dan, beranjak dari temap buat nyari buku kesayangan. Yah.. gara gara buku ini, aku sempet jatuh hati sama penulisnya, soalnya tulisannya bagus banget sieh.. bisa bawa orang. Yo, itu dia Sean Covey (duh, bener nggak ya tulisannya, kalo salah maaf ya!)

Mata aku udah terpelontang pelanting ke sana kemari, bacain satu satu judul buku di dalem lemari buku. Duh, ini buku nyelinep di mana ya? Kok nggak ke temu ke temu, so, udah agak lama, ternyata sang buku terletak di bagian tengah di bagian depan pula, yang ternyata terletak begitu terlihat jelas oleh mata. Aduh, perlu pake kacamata kuda nieh.. nyarinya sampek ke belakang belakang sieh. Eh ternyata di tengah. Udah mau narik buku itu, mata malah ke peleset sama buku lain, yang sampulnya warna putih terang keliatan cakepnya. Mata tau tau berbinar binar liat itu buku. Nggak tau kesambet setan apa. Buku 7 Habits pun gagal di ambil oleh tangan. Dan, aku malah mengambil buku…..

Rich Dad, Poor Dad

Penulisnya si Robert T. Kiyosaki, em… aku muali merenung. Gimana caranya, menjadi orang sukses, dengan buku ini. Ah, buku ini memang di tulis untuk orang orang tua. Bapak2 dan Ibu2 agar bisa mendidik anaknya, dengan baik melalui mengement ke uangan. Bagai mana menjadikan uang itu bekerja untuk kita, dan bukan kita yang di pekerjakan oleh uang.

Baru sebentar aku membacanya, aku udah mendapatkan beberap alasan kenapa papa selama ini kurang suka bekerja di kantor. Dan malah, memilih bekerja sendiri dengan membikin bisnis sendiri, dan melibatkan anak-anaknya untuk berdebat masalah bisnis.

Dan papa, nggak pernah measa miskin, walaupun satu perusahaan yang telah dia bangun bertahun tahun lamanya harus gulung tikar, karna mungkin dia mengambil satu, kalimat dari dalam buku itu, “ada perbedaan menjadi miskin dan menjadi bangkrut, bangkrut adalah untuk sementara waktu dan miskin adalah untuk selamnya” dan mungkin inilah yang membuat dia selalu membuka jalan barunya untuk hidup.

Dan, aku juga bisa melihat dari sini, bagai mana perbedaan kakak ku yang pertama dan yang kedua. Mengapa yang pertama seperti ini dan yang kedua seperti itu. Setelah di dalami. Ternyata, pendidikan kakak ku yang nomor dua itu memang lebih ekstreim dan kuat, penuh dengan cobaan yang bertubi tubi dari papa, karna dialah yang selama ini membantu papa dalam membangun perusahaan, dan mungkin dari sini dia belajar bagaimana cara mengelola uang yang lebih baik lagi, sedangkan yang pertama, dia, sersekolah lebih jauh, dari papa, dengan universitas yang bisa di bilang sedikit bergengsi, tapi, dia nggak tau gimana memperkerjakan uang dengan baik.

Untuk segalanya, aku merasa buku ini harus benar benar di dalami. dan di mengerti dengan baik, aku membacanya sekarang. Karna aku tidak ingin terlambat untuk di didik dengan benar, atau pun terlambat mendidik anak anakku nanti.

Kalian harus baca ini……



Tidak ada komentar: